Wednesday 26 June 2013

Taman hidup : sebuah perjalanan hati (Bagian 2)

"Tit tit tit tit tit tit" suara alarm jam tangan membangunkan saya di pagi ini, Sabtu (23/06) pukul 04.00. Adukan teh anget ditemani musik reggae merupakan kombinasi istimewa di pagi hari ini.
Setelah selesai sarapan,kami pun bergegas packing dan bersiap.
Sedikit memberikan wejangan yang dilanjutkan dengan do'a memohon keselamatan, kekuatan dan perlindungan kepada yang Maha Kuasa serta ditutup dengan tos bersama, menambah syahdunya langkah-langkah kecil kami menapaki kampung penduduk.
Sapa ramah dan senyum yang tulus dari penduduk yang merupakan kearifan lokal menambah semangat dan tekad kami untuk terus melangkah melewati jalan setapak yang ditumbuhi oleh tumbuhan peluruh batu ginjal.
Sejam berselang, kamipun tiba di alas damar (hutan damar).
Sejenak kami beristirahat di pondok tuan Prabu.
Tempat ini tidak berubah sejak saya melewatinya setahun kemarin. pohon yang menjulang tinggi, kulit pohon yang khas dengan motif gelap terang, serta buah pohon damar yang berwarna coklat (untuk yang sudah tua) dan hijau (untuk yang masih muda) berjejer rapi membentuk suatu komposisi bentuk yang luar biasa indahnya.
Perjalanan berlanjut. Medan mulai menanjak namun tidak terlalu jauh.
Medan kembali datar. Bonusss bonusss :)
Namun hal ini tidak berlangsung lama. Ini hanya oase di padang pasir. Penyejuk sementara akan medan yang sebenarnya.
Medan kemudian menanjak, menanjak dan terus menanjak :D
Tidak ada bonus sama sekali.
Jangan pernah liat atas deh, percuma. Jalannya nanjak terus, hahahaha.
Bahkan ada jalan yang harus dilalui dengan merambat a.k.a mbrowot :D
Setelah bertahan beberapa lama, beberapa personil tumbang dengan sukses.
Kami pun harus istirahat sambil sesekali memberikan motivasi kepada rekan-rekan yang lain untuk terus berjalan dan terus berjuang sampai titik darah penghabisan. MERDEKAAA !!!
Bendera merah putih masih setia menemani langkah kami. Bendera ini berkibar dengan malu-malu seperti anak gadis yang mau dipinang :D
Terlintas dalam benak saya, bagaimana dulunya pejuang kita berjuang demi merah putih yang kita cintai ini.
Masuk hutan, keluar hutan. Bergerilya tanpa kenal lelah.
Meninggalkan keluarga, sahabat dan orang-orang yang dicintai.
Kita yang hanya tinggal mewarisi kemerdekaan ini seolah enggan untuk mengambil hikmah dan meneladani peristiwa yang bersejarah ini. *ngelus dada*
Setapak demi setapak kami lalui hingga sampai di kopi 2.
Break sejenak. Dari sini, perjalanan masih sama. Terus menanjak. Jalan pun tidak semulus dibawah. Ranting-ranting pohon menjadi pijakan.
Hingga sampailah kami di pal taman hidup dengan susah payah tepat pukul 11.30
Kami pun beristirahat disini untuk melepas penat yang menggelayut sampai pukul 11.53.
Dari tempat ini, jalanan turun terus hingga sampai di Taman Hidup.

No comments:

Post a Comment